Minggu, 21 Oktober 2012

Keluhan Paramedis

Hampi di setiap Rumah saki swasta keluahan perawat/ paramedis sama. Tidak ada bedanya dengan keluhan guru sawsta sebelum mendapat tunjangan sertifikasi. Gaji yang minimal merupakan keluhan utama sejumlah paramedis. Diakuinya klau tidak di dukung oleh ngamen di rumah/ second job, kebutuhan rumah tangganya tidak akan tercukupi. Direksi RS swasta harus memperhiyungkan hal ini agar di masa depan tidak terjadi gangguan pada pelayanan. Setiap karyawan yyang di tanya, mengapa gaji tidak naik/ atau tunjangan kesejahteraan tidak naik, jawabannya sama bahwa Rumah Sakit tidak mempunyai keuntungan yang cukup untuk memberi tambahan pada pegawai. Di sisi lain Rumah Sakit berkembang cepat, di lihat dari ppenambahan gedung yang begitu megah. Kondisi dokter yang bekerja di RS tersebut terlihat lebih mewah, berkali-kali lipat jasa medis yang diterimanya. Adakah aturan untuk membatasi gaji pegawai. Sampai saat ini tidak ada perimbangan batas atas maupun batas bawah dalam sistim penggajian maupun sistem kesejahteraan. Ada yang take home nya sesuai UMR, ada yang membawa kerumah 100 bahkan200 kali lipat. Dimankah keadilannya. Ini semua terjadi di RS swasta yang nota bene sangat memperhatikan karyawan yang dilandasi ideologi pastoral yang perfect. Tidak usah disebut nama Rumah Sakit, tetapi jelas terjadi di RS besar maupun kecil swasta yang ada di Indonesia. Maka janganlah jadi paramedis, jadilah dr yang spesialisasi khusus yang tidak ada saingannya. Dia bebas untuk menentukan tarif dan RS tidak berdaya. Nah begitulah salam dari Agus Wiatma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda