Jumat, 07 Desember 2012

Akreditasi Rumah Sakit

Tahun 2013 mulai memppersiapkan diri menghadapi akreditasi Rumah Sakit. Banyak perubahan yang harus dicermati dalam akreditasi ini. Perubahan sangat nyata terlihat, apabila yang lalu akreditasi berfokus dan kuat pada dokumen, akreditasi sekarang ini lebih pada proses dan kuat pada keselamatan pasien. Hasil yangg diharapkan adalah peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan pelayanan berfokus pada pasien. Ada 4 kelompok yang harus di kerjakan. Kelompok pertama adalah Standar Pelayanan berfokus pada pasien yang terdiri dari 7 Bab. Bab 1 adalah Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan. Bab 2 Hak Pasien dan Keluarga. Bab 3 Asesmen Pasien. Bab 4 Pelayanan Pasien. Bab 5 Pelayanan Anestesi dan Bedah., Bab 6 Manajemen dan Penggunaan Obat. Bab 7 Pendidikan Pasien dan Keluarga. Kelompok II terdiri dari 6 Bab yang menguraikan mengenai Standar Manajemen Rumah Sakit Bab 1 Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien Bab 2 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Bab 3 Tata Kelola, Kepemimpinan & Pengarahan Bab 4 Manajemen fasilitas dan Keselamatan Bab 5 Kualifikasi dan Pendidikan staf Bab 6 manajemen Komunikasi dan Informasi Kelompo III adalah Sasaran Keselamatan Pasien Rumah sakit yang terbagi 6 sasaran yaitu Sasaran 1 Ketepatan Identifikasi Pasien Sasaran 2 Peningkatan Komunikasi yang efektif Sasaran 3 Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai Sasaran 4 Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien Sasaran 5 Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan sasaran 6 Pengurangan resiko pasien jatuh Bab IV Sasaran MDGs Sasaran 1 Penurunan angka kematian Bayi dan Peningkatan kesehatan Ibu Sasaran 2 Penurunan Angka kesakitan HIV/AIDS Sasaran 3 Penurunan Angka kesakitan TB Perlu tenaga dan kerja keras untuk akreditasi ini Yuk kita pahami dulu minimal belajar membaca . Salam dari agus Wiatma

Ones

Resistant girls

Selasa, 06 November 2012

Bells Palsy

Semalam secara tidak sengaja saya bertemu dengan dokter sebelah rumah sakit saya. Kebetulan saya mengalami bells palsy. Walaupun dia dokter umum, dia sangat mengetahui mengenai penyakit ini melebihi seorang dokter spesialis syaraf. Alasannya adalah dia belajar dari pengalamannya sendiri. Dia terkena bells palsy sudah tiga kali. Jadi dengan belajar dari pengalaman tersebut dia mengatakan bahwa bells palsy adalah penyakit syaraf yang sebetulnya tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Hanya satu cara untuk menyembuhkannya, hindari angin, baik kipas maupun Ac, ataupun angin luar. Obat-obatan dan fisioterapi tidak signifikan dalam penyembuhan. Dengan menghindari hal tersebut diatas sebetulnya akan terjadi penyembuhan sendiri. Diharapkan setelah terkena harus menjaga tubuh dari terjangan dingin, angin, AC. Memang agak sengsara untuk iklim saat ini. Demikian sekelumit pengalaman dari dokter tsb, dan sekarang saya berjuang untuk mengatasai bells palsy saya. Tolong dibantu doanya,supaya cepet sembuh. Salam dari Agus Wiatma

Minggu, 21 Oktober 2012

Persaingan Usaha Kesehatan

Perlu saya postingkan kembali mengenai Persaingan usaha kesehatan yang nyata-nyata masih terjadi di semua wilayah tanpa mempedulikan etika. Marilah kita bersama-sama menghilangkan hal ini, supaya tidak terjadi hal-hal yang kurang baik. Kembalilah ke etika yang berlaku dalam melayani masyarakat terutama yang mengalami gangguan kesehatan.

Menjamurnya tempat-tempat pelayanan Kesehatan sekarang ini menjadi fenomena yang menarik.Mengapa bayak sekali orang yang ingin mendirikan pusat pelayanan kesehatan, baik itu berupa Balai pengobatan, Klinik Spesialis, BPS, ataupun rumah sakit.Mungkin dalam studi kelayakan ditemui bahwa di suatu daerah tertentu masih layak untuk didirikan sebuah peayanan Kesehatan. Dalam pengajuan perijinan pendirian RS memang disyaratkan adanya studi kelayakan. Regulasi pemerintah juga mengatur mengenai pendirian pusat layanan Kesehatan. Swasta diharapkan membantu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Yang terjadi sekarang RS BP Swasta dan sebaginya menumpuk dalam suatu wilayah dan tidak menyebar. Dalam arti kata daerah tersebut masih menguntungkan secara fnansial untuk sebuah RS maupun BP. Padahal dalam melayani kesehatan masyarakat tidak semata-mata berorientasi keuntungan. Yang terjadi sekarang justru terjadi persaingan usaha. Ada RS yang memberikan return Fee/ kick back kepada perujuk pasien. Besarnya bervariasi antara 5-15 % dari total biaya pasien. Ini sangat menggiurkan bagi para perujuk, tetapi sangat merugikan bagi pasien. Untuk kasus2 kecelakaan biasanya pasien tidak berpikir untuk biayanya, karena biasanya biaya ditanggung oleh jasa raharja maupun orang yang menyebabkan terjadi kecelakaan. Bisnis mungkin sangat menggiurkan hingga semua orang tahu berapa rupiah yang akan diterima bila merujuk kesuatu RS tertentu. Tidak mudah memang membedakan pelayanan yang seperti ini, tetapi semua orang kelihatannya terkontaminasi. marilah kita kembali ke fung si yang baik. Kita melayani dengan sebaik-baiknya. Jangan berbuat dengan memberi beban kepada orang lain,apalagi orang yang baru terkena musibah. Demikian Salam dari Agus wiatma. Berusalah kembali ke etika yang baik


Keluhan Paramedis

Hampi di setiap Rumah saki swasta keluahan perawat/ paramedis sama. Tidak ada bedanya dengan keluhan guru sawsta sebelum mendapat tunjangan sertifikasi. Gaji yang minimal merupakan keluhan utama sejumlah paramedis. Diakuinya klau tidak di dukung oleh ngamen di rumah/ second job, kebutuhan rumah tangganya tidak akan tercukupi. Direksi RS swasta harus memperhiyungkan hal ini agar di masa depan tidak terjadi gangguan pada pelayanan. Setiap karyawan yyang di tanya, mengapa gaji tidak naik/ atau tunjangan kesejahteraan tidak naik, jawabannya sama bahwa Rumah Sakit tidak mempunyai keuntungan yang cukup untuk memberi tambahan pada pegawai. Di sisi lain Rumah Sakit berkembang cepat, di lihat dari ppenambahan gedung yang begitu megah. Kondisi dokter yang bekerja di RS tersebut terlihat lebih mewah, berkali-kali lipat jasa medis yang diterimanya. Adakah aturan untuk membatasi gaji pegawai. Sampai saat ini tidak ada perimbangan batas atas maupun batas bawah dalam sistim penggajian maupun sistem kesejahteraan. Ada yang take home nya sesuai UMR, ada yang membawa kerumah 100 bahkan200 kali lipat. Dimankah keadilannya. Ini semua terjadi di RS swasta yang nota bene sangat memperhatikan karyawan yang dilandasi ideologi pastoral yang perfect. Tidak usah disebut nama Rumah Sakit, tetapi jelas terjadi di RS besar maupun kecil swasta yang ada di Indonesia. Maka janganlah jadi paramedis, jadilah dr yang spesialisasi khusus yang tidak ada saingannya. Dia bebas untuk menentukan tarif dan RS tidak berdaya. Nah begitulah salam dari Agus Wiatma

Kamis, 18 Oktober 2012


Bekerja pada seorang Perempuan

Aneh ya, jaman sekarang masih membedakan kerja antara majikan laki-laki dan perempuan. Nampaknya memang banyak yang harus kita ungkap mengenai perbedaan ini. Walaupun hal ini belum melalui survey atau research, namun dari beberapa pengalaman menunjukkan hala yang sama. Pertamaa perusahaan yang dikawal oleh seorang perempuan banyk berpikir mengenai penggunaan dananya. Keinginan begitu besar untuk pengembangan, apabila menyangkut besaran dana pengembangan dia akan berpikir seribu kali untuk mengeluarkannya. Kedua apabila terjadi keberhasilan/ sukses, dia akan mengklaim bahwa sukses tersebut karena peranan dia yang lebih besar. Sebaliknya apabila tidak sukses, penyebabnya ditimpakan kesegala arah. Perasaan juga sangat bermain, dia akan bekerja menurut yang dia senangi. Bahkan karyawan yang sudah disenangi akan dipertahankan mati-matian walaupun kinerjanya kurang baik. Sanjungan secara terus menerus dan sikap pengekor sangat disukai oleh pimpinan perempuan. Kebijakan yang diambil suatu saat menyalahi aturan main yang telah ditetapkan. Sistim keuangan yang njlimet dan tidak transparan merupakan problem yang selalu terjadi. Semua ini bukan mengeneralisir semua kepemimpinan perumpuan, tetapi fakta di lapangan memang seperti itu adanya. Mohon jangan ttersinggung, ini hanya gendu-endu rasa di antara pimpinan laki-laki. Terima kasih Slam dari Agus Wiatma

Perjalanan

Orang tua mendidik anak sejak kecil dengan penuh kedisiplinan. Tidak ada waktu terbuang percuma. Waktu harus selalu diisi dengan kegiatan yang produktif< walaupun begitu anak juga di biarkan berkembang secara sosial pada masa itu. Jadi keselarasan antara produktifitas dengan perkembangan sosial. Masa lalu sudah lewat, tetapi hasil didikan tersebut masih melekat sampai saat ini. Tidak ada yang namanya bangun siang, sekalipun begadang sampai larut malam. Keinginan untuk istirahat tidur dan bangun siang atau seharian istirahat memang ada, tetapi badan ini tidak mau kompromi. Ada persaan tidak nyaman untuk duduk berdiam saja. Pekerjaan sebagai seorang pimpinan saat ini memang banyak menyita waktu, tetapi saya jalani dengan happy. Tidak ada keterpaksaan untuk berangkat ngantor pagi-pagi. Keadaan terbalik dengan karyawan masa kini. Berangkat siang dan tidak segan dengan pimpinan yang datang lebih awal. Coba bandingkan dengan perusahaan Korea atau Jepang, kedisiplinan karyawan luar biasa. Kita kalah dalam segala hal, terutama kedisiplina. Kinerja karyawanpun jauh dari standar. Keadaan ini akan berlangsung lama apabila pendidikan kedisiplinan tidak dimulai dari kecil. Mudah-mudahan kita dapat segera merubahnya, terutama yang sudah terlanjur menjadi tua. Demikian Salam dari Agus Wiatama

Rabu, 17 Oktober 2012

Kemapanan dan Anti Perubahan

Mulai lagi menulis, apapun akan ditulis untuk menyegarkan dan memberi oksigen pada otak, sehingga daya nalar dan visi terus tetap terjaga. Akhir-akhir ini ada sumbatan dalam otak yang agak mempengaruhi fisik. Mungkin kegiatan menulis yang tergantikan dengan kegiatan ngomong kurang seimbang sehingga mengakibatkan mulut menjadi mencong. Mungkin juga ngomongnya kurang baik dan menyinggung beberapa orang, Tuhan akhirnya marah dan mendatangkan hukuman untuk tidak terlalu banyak ngomong. Dalam menjaga omongan terbit pemikiran untuk kembali menulis, menumpahkan segala yang ada di otak maupun hati. Akhir-akhir ini dalam pekerjaan memang banyak yang mengganjal dalam hati, sesuatu yang direncanakan selalu terganjal dan tidak pernah tuntas teratasi. Ganjalan terjadi pada sistem yang kurang lancar. Masing-masing sistem dan personilnya tidak bisa membedakan tugas dan fungsinya masing-masing. Ada perasaan pribadi bahwa kalau menduduki suatu jabatan yang tinggi menjadi seolahh--olah sebagai owner. Pekerjaannya sendiri terbengkelai, apabila dipertanyakan akan menyalahkan yang ditanya. Batasan inilah yang akan menghambat progress suatu instansi. Orang yang bertahun-tahun menduduki suatu jabatan juga berpotensi sebagai raja kecil sehingga keinginan pribadi jauh lebih menonjol daripada keinginan untuk memajukan Institusi. Bekal orang yang seperti ini biasanya adalah pengalaman bertahun-tahun dan tidak meng update pengetahuan yang sekarang. Ketidak seimbangan antara pengalaman dan ilmu inilah yang akan mengganjal setiap ide perubahan.Perubahan dirasa merupakan hal yang mengganggu kemapanannya. Sementara ini dulu Salam dari Agus Wiatma, Besok jumpa lagi

Selasa, 17 April 2012

Menata Lembaran Baru

Lama sekali rasanya tidak menulis di blog ini. Mungkin blog sekarang sudah tidak populer. Kalah dengan fb, twitter dsb. Sejak agustus 2011 kosong, tapi sekarang akan berpikir ulang tentang menulis. Sangat baik menjaga otak dengan menumpahkan segala pikiran yang berputar dengan tulisan. Apalagi sekarang membuka lembaran baru dengan kerja yang hubungannya dengan menulis. Banyak hal yang harus ditutup, banyak hal yang harus dibuang, tetapi soal menulis jangan sampai dilupakan. Mari tetap semangat, salam dari agus wiatma.